INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT
(ISPA)
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar
pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah Pembangunan Manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. Jadi jelas bahwa hubungan
antara usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan pembangunan, karena tanpa
modal kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan kita.
Usaha
peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti
membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana
penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling
rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu menyusui serta anak bawah lima
tahun.
Salah
satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian
atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu
penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang
maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah
sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada
masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada,masa dewasa.
dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive
Pulmonary Disease.
ISPA
masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi
dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.
Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 %
dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian
yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya
adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat
tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat
dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi (3).
Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10
-20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian dilapangan
(Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8 %). Bila
kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap tahun jumlah
penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita yang dilaporkan
baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah
98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada
kelompok umur 0-6 bulan. Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai
sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA , namun kelihatannya angka kesakitan dan
kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan
penelitian yang telah disebutkan di atas.
II.
DEFINISI
Menurut Depkes
RI 2007 ispa adalah infeksi saluran pernapasan akut, istilah ini meliputi tiga
unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut:
·
infeksi adalah masuknya kuman atau
mikro organisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan
gejala penyakit.
·
Saluran pernapasan adalah organ dari
hidung hingga alvioli serta organ adneksanya seperti sinus-sinus rongga telinga
tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan atas
·
infeksi akut adalah infeksi yang
berlangsung selama 14 hari diambil untuk menunjukan peroses akut. Meskipun
beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini berlangsung
lebih dari 14 hari (Depkes, RI 2007).
ISPA adalah
infeksi saluran pernapasan akut yang berlangsung sampai 14 hari yang dimaksud
dengan saluran pernapasan adalah organ dari hidung sampai gelembung paru.
Beserta organ-organ disekitarnya: sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru
ispa hanya bersifat ringan seperti batuk dan pilek (Rasmaliah, 2007).
III.
PATOGENESA
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia
luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang
efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun
partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu
terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia,
makrofag alveoli, dan antibodi.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang
sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal
itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia
adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma
imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).
Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke
tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan
makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel
ini.
Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi
ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan
terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita
yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien
keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi. Penyebaran infeksi
pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
Program
Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu
pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya
penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek
seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas
lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
IV.
ETIOLOGI
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab
(virus, bakteri, parasit, jamur). ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh
karena virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh semuanya. ISPA
bagian bawah yang disebabkan bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinik berat
sehingga menimbulkan banyak problem dalam penanganannya.
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis
bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus
streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan
korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus,
koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus.
Bakteri dan virus yang paling sering
menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta
virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut
menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau
belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko
serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang
diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya
asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
V.
GEJALA
Gejala secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan
konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia,
nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu
berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.
VI.
GAMBARAN FISIK DAN KLINIS
Tanda-tanda
klinis penderita ISPA
Ø Pada
sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.
Ø Pada
sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
Ø Pada
sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
papil bendung, kejang dan coma.
Ø Pada
hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
VII.
GAMBARAN
LABORATORIUM
ISPA oleh karena virus pemeriksaan
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan
adalah perkembangbiakan virus, serologis, diagnostik virus secara
langsung.Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan
pemeriksaan sputum, perkembangbiakan darah, perkembangbiakan cairan pleura.
Tanda-tanda
laboratoris
1.
hypoxemia,
2.
Hypercapni
3.
Acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
VIII.
DIAGNOSA
ISPA sebetulnya merupakan istilah untuk banyak penyakit
infeksi di saluran pernapasan. Berikut ini adalah penyakit yang termasuk dalam
ISPA : Common cold, Flu, Influenza, Rhinosinusitis atau Sinusitis,
Tonsilitis, Faringitis, atau Tonsilofaringitis (Radang Tenggorokan), Strep
Throat, Abses peritonsilar, Otitis Media Akut (Infeksi telinga tengah),
Epiglotitis, Laringitis, Trakeitis, Bronkitis, Bronkiolitis, Pneumonia, dan
Pleuritis. Jadi apabila dokter mendiagnosis seorang anak terserang penyakit
ISPA, maka anak tersebut mungkin sakit common cold atau radang tenggorokan atau
yang lainnya. Tanyakanlah kepada dokter mengenai diagnosis yang lebih spesifik.
·
Flu
disebabkan oleh virus dan biasanya memiliki masa infeksi 5 hari hingga 2 minggu,
tergantung pada daya tahan tubuh, dan tidak ada orang lain yang terinfeksi di
sekitarnya. Pilek atau ingus yang keluar saat flu, merupakan mekanisme tubuh
untuk membuang virus yang tengah berkembang biak dalam rongga hidung dan
sekitarnya.
·
Flu
dapat menular melalui batuk dan bersin, kontak langsung, dan pemakaian suatu
barang secara bersama-sama. Gejala-gejala flu antara lain melingkupi, hidung
meler dan terkadang tersumbat, mata merah berair, batuk, bersin, suara agak
serak, nyeri dan sakit pada tulang, sendi dan otot, demam, serta diawali dengan
ingus encer yang bening dan kemudian menjadi kental kehijauan lalu diakhiri
dengan ingus yang kembali bening dan encer.
·
Pilek
atau ingus yang keluar saat flu, merupakan mekanisme tubuh untuk membuang virus
yang tengah berkembang biak dalam rongga hidung dan sekitarnya.
IX.
PROGNOSA
Riwayat alamiah suatu penyakit pada
umumnya melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap prepatogenesis
1. Tahap prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal atau
sehat tetapi mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh
serangan agen penyakit (stage of suseptibility). Walaupun demikian pada tahap
ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi
interaksi ini masih diluar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada diluar tubuh
pejamu di mana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang
penjamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan
tubuh penjamu masih kuat. Jika keadaan penjamu tidak stabil atau bibit penyakit
menjadi ganas atau lingkungan memberi kondisi yang kurang menguntungkan penjamu
maka keadaan memasuki fase berikutnya, tahap Patogenesis.
2. Tahap Patogenesis
Tahap ini meliputi 4 sub tahap, yaitu:
·
Tahap
inkubasi
Merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke
dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit sampai timbulnya gejala
penyakit.
·
Tahap
penyakit dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang
kelihatannya ringan. Tahap ini sering menjadi masalah kesehatan karena sudah
ada gangguan patologis.
·
Tahap
penyakit lanjut,
Merupakan tahap dimana penyakit memerlukan pengobatan yang
tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
·
Tahap
penyakit akhir
Merupakan berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam
lima pilihan keadaan, yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, karier,
penyakit tetap berlangsung secara kronik dan diakhiri dengan kematian.
X.
PENATALAKSANAAN
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan
artinya memperoleh informasi tentang penyakit tersebut dengan mengajukan
beberapa pertanyaan kepada yang bersangkutan orang tua misalkan penderita ISPA
pada anak-anak atau balita.
2. Klasifikasi ISPA dalam
pencegahan
Program
Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
a.
Pneumonia berat: ditandai
secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
b.
Pneumonia: ditandai
secara klinis oleh adanya napas cepat.
c.
Bukan pneumonia: ditandai
secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada
kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong
bukan pneumonia.
Berdasarkan
hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini
dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan
sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit
yaitu :
a.
Pneumonia berada:
diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau
napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali
per menit atau lebih.
b.
Bukan pneumonia: batuk
pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada
bagian bawah atau napas cepat.
Untuk
golongan umur 2 buan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu:
a.
Pneumonia berat: bila
disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan
tenang tldak menangis atau meronta).
b.
Pneumonia: bila disertai
napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 - 12 bulan adalah 50 kali per
menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
c.
Bukan pneumonia: batuk
pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak
ada napas cepat.
3.
Pengobatan
a.
Pneumonia berat : dirawat
di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya.
b.
Pneumonia: diberi obat
antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi
kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita
menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin
atau penisilin prokain.
c.
Bukan pneumonia: tanpa
pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat
digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat
yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam
diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita
dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya
bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher,
dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi
antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak
dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan
selanjutnya. Petunjuk dosis dapat dilihat pada lampiran.
4.
Perawatan dirumah
Beberapa
hal yang perlu dikerjakan untuk mengatasi penderita ISPA di rumah yaitu:
a.
Mengatasi panas (demam)
Untuk
anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol
atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya,
tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
b.
Mengatasi batuk
Dianjurkan
memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali
sehari.
c.
Pemberian makanan
Berikan
makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih
sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi misalkan
yang menyusui tetap diteruskan.
d.
Pemberian minuman
Usahakan
pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah
parah sakit yang diderita.
e.
Lain-lain
Tidak
dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat,
lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna
untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan
tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka
dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang
mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk
penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa
kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
5.
Pencegahan dan Pemberantasan
a.
Pencegahan dapat
dilakukan dengan :
·
Menjaga keadaan gizi agar
tetap baik.
·
Immunisasi.
·
Menjaga kebersihan
prorangan dan lingkungan.
·
Mencegah anak berhubungan dengan penderita
ISPA.
b.
Pemberantasan yang
dilakukan adalah :
·
Penyuluhan kesehatan yang
terutama di tuj ukan pada para ibu.
·
Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
·
. Immunisasi
6.
Pelaksana pemberantasan
Tugas
pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama. Kepala Puskesmas
bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah kerjanya. Sebagian
besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum penderita mendapat
pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif masyarakat melalui
aktifitas kader akan sangat'membantu menemukan kasus-kasus pneumonia yang perlu
mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-kasus pneumonia berat
yang perlu segera dirujuk ke rumah sakit.
Dokter
puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :
a.
Membuat rencana aktifitas
pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau sarana dan tenaga yang tersedia.
b.
Melakukan supervisi dan
memberikan bimbingan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA kepada perawat
atau paramedis.
c.
Melakukan pemeriksaan
pengobatan kasus- kasus pneumonia berat/penyakit dengan tanda-tanda bahaya yang
dirujuk oleh perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah sakit bila dianggap
perlu.
d.
Memberikan pengobatan
kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke rumah sakit.
e.
Bersama dengan staff
puskesmas memberi kan penyuluhan kepada ibu-ibu yang mempunyai anak balita. perihal
pengenalan tanda-tanda penyakit pneumonia serta tindakan penunjang di rumah,
f.
Melatih semua petugas
kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri wewenang mengobati penderita
penyakit ISPA,
g.
Melatih kader untuk bisa,
mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu
tentang penyaki ISPA,
h.
Memantau aktifitas
pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan pemberantasan penyakit ISPA.
menditeksi hambatan yang ada serta menanggulanginya termasuk aktifitas
pencatatan dan pelaporan serta pencapaian target.
Paramedis
Puskesmas Puskesmas pembantu:
a.
Melakukan penatalaksanaan
standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk yang ada.
b.
Melakukan konsultasi
kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPA tertentu seperti pneumoni berat,
penderita dengan weezhing dan stridor.
c.
Bersama dokter atau dibawah, petunjuk dokter
melatih kader.
d.
Memberi penyuluhan
terutama kepada ibu-ibu.
e.
Melakukan tugas-tugas
lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas sehubungan dengan pelaksanaan
program pemberantasan penyakit ISPA.
Kader
kesehatan:
a.
Dilatih untuk bisa
membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan pneumonia tidak berat) dari
kasus-kasus bukan pneumonia.
b.
Memberikan penjelasan dan
komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan pneumonia) serta penyakit
pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu
yang anaknya menderita penyakit
c.
Memberikan pengobatan
sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan pneumonia) dengan tablet
parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk putih.
d.
Merujuk kasus pneumonia
berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.
e.
Atas pertimbangan dokter
Puskesmas maka bagi kader-kader di daerah-daerah yang terpencil (atau bila
cakupan layanan Puskesmas tidak menjangkau daerah tersebut) dapat diberi
wewenang mengobati kasus-kasus pneumonia (tidak berat) dengan antibiotik
kontrimoksasol.
f.
Mencatat kasus yang
ditolong dan dirujuk.
XI.
GANGGUAN
METABOLISME GIZI
Kebutuhan zat gizi setiap orang
berbeda-beda. Hal ini dikarenakan berbagai faktor antara lain umur, jenis
kelamin dan macam pekerjaan. Masukan zat gizi yang berasal dari makanan yang
dimakan setiap hari harus dapat memenuhi kebutuhan tubuh karena konsumsi makanan
sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
Status gizi yang baik terjadi bila
tubuh memperoleh asupan zat gizi yang cukup sehingga dapat digunakan oleh tubuh
untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kecerdasan, produktivitas kerja
serta daya tahan tubuh terhadap infeksi secara optimal (Sjahmien Moehji,
2000:18).
Daya tahan tubuh anak yang kurang gizi akan menurun,
sehingga mudah terkena penyakit infeksi, sebali-knya anak yang menderita
penyakit in-feksi akan mengalami gangguan nafsu makan dan penyerapan zat-zat
gizi se-hingga menyebabkan kurang gizi .
Penurunan status gizi yang terjadi berkaitan dengan
penurunan asupan makanan akibat gangguan kesulitan makan. Anoreksia sering
terjadi selama infeksi pernafasan akut, khususnya jika terdapat demam. Anak
dengan pneumo-nia berat dapat mengalami kesulitan makan karena adanya
pernafasan cepat atau sulit bernafas . Umumnya penderita dengan kegagalan
pernafasan akut mengalami hiperkatabolik dan simpanan proteinnya akan dipecah
guna memenuhi kebutuhan metabolik. Jaringan yang tergantung pada glukosa
seperti otak, sel darah merah dan otot akan memenuhi kebutuhan tersebut melalui
glukoneogenesis dari asam-asam amino hasil metabolisme protein.
Konsumsi energi yang tidak ade-kuat dari kecukupan
gizi yang dianjurkan akan membawa dampak pada sistem imunitas tubuh. Kekurangan
zat gizi esensial dalam tubuh memberikan pe-ngaruh langsung terhadap timbulnya
mikroorganisme patogen.
Kekurangan energi yang kronis pada anak-anak dapat
menyebabkan anak-anak tersebut lemah, pertumbuhan jasmani terlambat dan
perkembangan selanjutnya terganggu. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan
mudahnya sera-ngan infeksi dan penyakit lainnya serta lambatnya regenerasi sel
tubuh.
Hilangnya nafsu makan
sering terjadi selama infeksi pernafasan akut. Pemberian makanan selama masa
infeksi dan peningkatan pemberian makanan selama masa penyembuhan dapat
mencegah kekurangan gizi dan mengganti penurunan berat badan yang terjadi.
Protein merupakan zat gizi yang sangat diperlukan bagi
pembentukan en-zim yang berperan dalam metabolisme tubuh, termasuk sistem imun.
Antibodi globulin gamma yang biasanya disebut immunoglobulin merupakan 20% dari
seluruh protein plasma. Semua imu-noglobulin terdiri atas rantai polipeptida
yang mengandung bermacam-macam asam amino-asam amino yang spesifik. Salah satu
asam amino yang berperan dalam sistem imun adalah asam amino teronin yang
memiliki kemampuan untuk mencegah masuknya virus dan bakteri terutama pada
saluran pernafasan dan paru-paru. Yakni berupa sekresi lendir yang disebut
glikoprotein dan dimer imu-noglobulin A. Penderita yang mengalami kekurangan
asam amino treonin akan mengalami kemunduran sistem keke-balan.
Kekurangan protein yang terjadi dapat menurunkan
sistem imun yang pada akhirnya akan menyebabkan tubuh lebih mudah terpapar
penyakit infeksi. Selain itu, kekurangan protein umumnya diikuti dengan
terjadinya defisiensi zat gizi mikro yang berperan sebagai kofaktor dalam
reaksi metabolisme tubuh dan be-berapa vitamin serta meniral yang berperan sebagai
antioksidan tidak dapat berperan secara maksimal, akibatnya flora normal tubuh
yang ada dapat berkembang dan virulensinya meningkat, sehingga menyebabkan
timbulnya gejala penyakit, termasuk infeksi saluran per-nafasan akut (ISPA) .
ISPA sering dihubungkan dengan gejala sistemik,
seperti anoreksia, fatigue dan malaise. Ketika gejala ini disertai dengan batuk
dan atau dispneuasupan oral sering menjadi lebih sedikit. Kombi-nasi penurunan
asupan oral dan pening-katan kebutuhan metabolik mengarah pada keseimbangan
negatif nitrogen dengan penurunan ketahanan otot per-nafasan karena katabolisme
protein, pertukaran udara yang kurang
dan penu-runan fungsi kekebalan. Guna merespons peningkatan kebutuhan energi
pada masa infeksi, maka cadangan protein otot rangka akan dimobilisasi.
Akibatnya keseimbangan nitrogen menjadi negatif karena katabolisme protein.
XII.
KONTRAKSI
OBAT DAN ZAT GIZI
Pada pneumonia
perlu diberi obat antibiotik seperti kotrimoksasol, jika terjadi alergi / tidak
cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin. Sedangkan pada pneumonia
berat diperlukan rawat inap di rumah sakit. Jika seorang anak telah diketahui
terserang, pengobatan ISPA sesegara mungkin perlu dilakukan. Selain itu juga
perlu diperhatikan untuk mencegah penyakit semakin memberat seperti memberi
makanan yang gurih, dll.
.
Daftar Pustaka
Sudoyo, Aru, dkk.2006.Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Adrian.2011. Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
Tersedia online di :http://adriananers.blogspot.com/2011/12/laporan-pendahuluan-ispa.html
Tenri.2012.
Infeksi Saluran Pernafasan. Tersedia
online di :http://tenrikawai.blogspot.com/2012/07/ispainfeksi-saluran-pernapasan.html
Nurrijal.
2011. ISPA. Tersedia online di :http://nurrijal-ispabio.blogspot.com/
WHO. 2011. the global
plan to stop TB 2011-2015, 2010. Tersedia online di www.stoptb.org
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking